Suatu hari seorang lelaki berkunjung ke rumah Abu Dzar. Melihat rumahnya kosong melompong, tamu itu bertanya, “Wahai Abu Dzar, di mana gerangan perabot-perabot rumah Anda?”
Jawab Abu Dzar, “Kita punya rumah di kampung sana (maksudnya kampung akhirat) sehingga perabot-perabot yang terbaik kukirimkan ke sana.”
BACA JUGA: Mengenal Sahabat, Abu Dzar Al-Ghifari
Tamu itu mengerti maksudnya. Katanya lagi, “Tapi Anda juga mesti memiliki perabot selama berada di kampung yang sekarang.”
“Tapi si empunya rumah tidak mengizinkan kita menetap di rumah yang ini (di dunia),” jawab Abu Dzar.
Pernah Gubemur Syam mengirimkan uang tiga ratus dinar kepada Abu Dzar disertai ucapan, “Pergunakanlah uang itu untuk kebutuhan Anda.”
Abu Dzar mengembalikan seluruhnya seraya bertanya, “Apakah Tuan Gubernur tidak menemukan seorang hamba yang lebih miskin dari saya?”
BACA JUGA: Saat Umar bin Abdul Aziz Mengundurkan Diri Sebagai Gubernur Madinah
Pada tahun 32 H, malaikat maut menjemput seorang zuhud yang tekun beribadah, yang oleh Rasulullah pernah disebut, “Tidak ada di atas bumi dan di bawah naungan langit orang yang lebih jujur daripada Abu Dzar.” []
Sumber: Sosok Para Sahabat Nabi /Karya: Dr. Abdurrahman Raf’at al-Basya/Penerbit: Qisthi Press/2005